Solo (ANTARA)- Tim Piala Davis Indonesia menang 3-2 atas lawannya, Kuwait, dan kemenangan itu ditentukan tunggal terakhir Prima Simpatiaji (Indonesia) yang menundukkan Mohammed Kholiq Sidiq (Kuwait) 6-4, 6-0 dan 6-2, pada laga Piala Davis Grup II Asia-Oceania di Lapangan Tenis Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Tunggal pertama Indonesia, Christoper Rungkat, gagal membendung laju pemain Kuwait, Muhammed Ghareeb dan kalah 5-7, 1-6, 6-2, 7-6 (8-6), dan 3-6.
Prima diturunkan sebagai tunggal terakhir menggantikan Nesa Artha yang mengalami sakit. "Untuk pertandingan terakhir ini memang rencana semula mau menurunkan Nesa Artha, tetapi karena beliau sakit diganti Prima yang menyatakan siap bertanding, sedangkan Sunu Wahyu Trijati tidak siap untuk pertandingan penentu ini," kata Manajer Tim Indonesia Kresno Merdiko.
"Ya memang terus terang saya agak takut kalau Kuwait menurunkan pemainnya Ahmed Rabia, tetapi setelah diumumkan yang dimainkan Mohammed Kholiq Sidiq, dan saya lega dan punya keyakinan menang ternyata terbukti," ujarnya.
Untuk pertandingan tunggal terakhir ini sempat tertunda sekitar 1,5 jam karena diguyur hujan lebat dan pertandingan baru dimulai lagi pukul 16.45 WIB sampai selesai.
Prima mengatakan untuk set pertama diakuinya agak tegang, tetapi bisa cepat diatasi dan kembali bermain seperti biasa yang hasilnya bisa memenangi pertandingan tersebut.
Sementara itu untuk pertandingan kedua antara Christoper melawan Ghareeb, dengan peringkat yang jauh berbeda itu memakan waktu sekitar empat jam, mulai pukul 09.00-13.00 WIB. Didua set awal Christoper sempat ketetaran meladeni permainan petenis dengan peringkat 460 dunia itu. Set pertama dan kedua, Christoper takluk 5-7 dan 1-6.
Christoper, petenis kelahiran 1990 , bisa unggul pada set kedua dan ketiga 6-2, 7-6(8-6). Sayang, pada set terakhir, Christoper gagal menjaga konsistensinya dan menyerah 3-6 atas Ghareeb.
Christoper, yang sekarang berada peringkat 1.459 dunia, mengakui bahwa kegagalan tersebut, karena pada set terakhir terlalu emosi dan bermain agak tegang.
"Ya saya maunya cepat - cepat selesaikan, tetapi kenyataannya justru lain seperti itu, tetapi saya juga puas bisa mengimbangi permainan Ghareeb yang berada di peringkat 400 dunia itu," katanya.
Untuk kegagalan ini salah satunya juga disebabkan masih minimnya bertanding di tingkat internasional, sementara lawannya dari Kuwait itu sudah biasa main seperti ini.
Ghareeb mengakui bahwa permainan Christoper cukup bagus dan masih muda kalau mau terus belajar bisa menjadi pemain tenis yang baik. "Saya akui itu bahwa Christoper bermain luar biasa".
Ketua Umum PB Pelti Martina Widjaja mengatakan bahwa penampilan anak-anak yang diturunkan dalam Piala Davis ini memang ada kemajuan yang luar biasa.
(yahoo.co.id)